Pengertian dan Sejarah Komunikasi
Rabu, 24 April 2013
0
komentar
PENGERTIAN DAN SEJARAH KOMUNIKASI
A. Pengertian
Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis
Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah
komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini
bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama makna, yaitu sama
makna mengenai suatu hal. [1]
Dengan demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa),
“menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan.
Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara
lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di
antara individu melalui sistem lambng-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku”.[2]
Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi, seperti
dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama
ada kesamaan makna terhadap apa yang sedang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang
digunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan
kata lain, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti maksud yang dibawakan oleh
bahasa tersebut. Percakapan kedua orang tadi dikatakan komunikatif apabila
kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna
dari bahan yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan
di atas (dari segi bahasa) sifatnya masih dasariah, dalam arti dalam komunikasi
minimal harus mengandung kesamaan makna dari pihak yang terlibat komunikasi.
Dikatakan minimal karena komunikasi tidaklah sekedar informatif, yakni agar
orang lain mengerti dan tahu, namun juga persuasif, yakni agar orang lain
bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan, dan lain-lain.[3]
2. Pengertian Komunikasi Secara Terminologis
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai
ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya multidisipliner, definisi-definisi yang
yang berikan oleh para ahli pun semakin banyak dan beragam. Masing-masing
memiliki penekanan arti, cakupan, dan konteks yang berbeda satu dengan lainnya.
Dari sekian banyak definisi tersebut, berikut diantaranya adalah menurut :
Bernard
Berelson dan Gary A. Steiner:
"Komunikasi:
transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan
menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.”
Theodore
M. Newcomb:
"Setiap
tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari
rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”
Carl
I. Hovland:
"Komunikasi
adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikate)”
Gerald
R. Miller:
"Komunikasi
terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan
niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”
Everett
M. Roger:
"Komunikasi
adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau
lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”
Raymond
S. Ross:
"Komunikasi
(intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan
simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna
atau respons pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud komunikator."
Harold
Lasswell:
(Cara
yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa
Dengan Pengaruh Bagaimana? [4]
Ketujuh definisi di atas, masing-masing memberikan penekanan
arti yang berbeda. Definisi dari Bernard Berelson dan Gary A. Steiner,
menekankan komunikasi pada proses penyampaian. Hal yang disampaikan dapat berupa
informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, sedangkan cara
penyampaiannya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure,
grafik, dan sebagainya. Theodore M. Newcomb juga menekankan komunikasi sebagai
proses pengalihan informasi yang dilakukan oleh pihak komunikator, namun
komunikator dianggap memiliki kewenangan penuh kepada sasaran komunikasinya.
Sedangkan Raymond S. Ross menekankan
bahwa proses penyampaian komunikasi tidaklah sederhana karena dengan komunikasi
tersebut dimaksudkan terjadinya kesamaan pikiran antara komunikator dengan
komunikannya.
Definisi dari Carl I. Hovland, Gerald R. Miller,
Everett M. Roger menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses yang terjadi antara
satu orang pada orang lainnya, namun kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku dari orang lain
yang menjadi sasaran komunikasi.
Definisi dari Harold Lasswell secara eksplisit dan
kronologis menjelaskan lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni
siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya inisiatif sebagai sumber),
mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku
komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa
(alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang terjadi
pada diri penerima). Definisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu
upaya yang disengaja dan memiliki tujuan.
Dari berbagai defenisi komunikasi sebelumnya,
diperoleh gambaran bahwa komunikasi memiliki karakteristik sebagai berikut[5]:
a.
Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa
komunikasi merupakan suatu rangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi
secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu dengan
lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses, komunikasi tidak
statis tetapi dinamis dalam arti akan selalu mengalami perubahan dan
berlangsung terus-menerus.
Proses komunikasi dalam prosesnya melibatkan banyak
faktor atau unsur. Faktor-faktor atau unsur-unsur yang dimaksud antara lain
dapat mencakup pelaku atau peserta, pesan (meliputi bentuk, isi, dan cara
penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan,
waktu, tempat, hasil atau akibat yang terjadi, serta kondisi pada saat
berlangsungnya proses komunikasi.
b.
Komunikasi adalah upaya yang
disengaja dan memiliki tujuan
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari para
pelakunya. Pengertian “sadar” di sini menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi
yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam kondisi mental-psikologis yang
terkendali atau terkontrol bukan dalam keadaan “mimpi”. Disengaja maksudnya
bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan kemauan pelakunya.
Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat yang ingin dicapai.
c.
Komunikasi menuntut adanya
partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat
Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila
pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat
dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap pesan yang
dikomunikasikan.
d.
Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambing-lambang. Lambang yang paling umum
digunakan dalam komunikasi antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk
kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
Selain bahasa verbal, juga adal lambang-lambang yang
bersifat nonverbal yang dapat dipergunakan dalam komunikasi seperti gestura
(gerak tangan, kaki, atau bagian lainnya dari tubuh), warna, sikap duduk atau
berdiri, jarak, dan berbagai bentuk lambing lainnya. Penggunaan lambang-lambang
nonverbal ini lazimnya dimaksudkan untuk memperkuat arti dari pesan yang
ditunjukkan.
e.
Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan:
memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya dilakukan secara seimbang
dan proporsional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
Pengertian “transaksional” juga menunjuk pada suatu
kondisi bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh salah satu
pihak, tetapi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.
f.
Komunikasi menembus ruang dan
waktu.
Komunikasi menembus ruang dan waktu maksudnya bahwa
para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidaklah haruis hadir
pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi
komunikasi seperti telepon, faksimili, telex, video-text, dan lain-lain, kedua
faktor tersebut (ruang dan waktu) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan
dalam berkomunikasi.
B.
Pengertian Ilmu Komunikasi
Pengertian Ilmu Komunikasi merujuk pada pendapat
Carl I. Hovland adalah suatu sistem yang berusaha menyusun prinsip-prinsip
dalam bentuk yang tepat mengenai hal memindahkan penerangan dan membentuk
pendapat serta sikap-sikap.[6]
C.
Perkembangan komunikasi sebelum
menjadi science, komunikasi sebagai science sejak dekade 40-an sampai sekarang
Ilmu komunikasi adalah salah satu disiplin yang
masuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Secara umum, sejarah perkembangan ilmu
komunikasi dapat dibagi dalam empat (4) periode. Pertama, periode
"tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua,
periode antara tahun 1900 sampai Perang Dunia II yang dapat disebut
sebagai periode pertumbuhan ilmu
komunikasi. Ketiga, periode setelah perang Dunia II sampai tahun 60-an.
Periode ini umumnya disebut sebagai periode konsolidasi. Dan, keempat
adalah periode teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 60-an sampai
sekarang. Tiap periode masing-masing memberikan karakteristik tersendiri
terhadap penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati.
Berikut adalah uraian singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi
untuk setiap periode.[7]
1.
Periode Tradisi Retorika
Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat
ditelusuri sejak peradaban Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi.
Sebutan "komunikasi" dalam konteks arti yang berbeda sekarang ini
memang belum dikenal saat itu. Isilah yang berlaku pada zaman tersebut adalah
"retorika".
Para ahli berpendapat bahwa studi retorika
sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani (Golden, 1978, Foss, 1985; forsdale
1981). Disebutkannya bahwa zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokoh-tokoh
retorika seperti Kagemni dan Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi retorika
sebagai upaya pengkajian yang sistematis dan terorganisir baru dilakukan di
zaman Yunani Kuno dengan perintisnya Aristotle (Golden, 1978)
Pengertian "retorika" menurut Aristotle,
menunjuk kepada segala upaya yang bertujuan untuk persuasi. Lebih lanjut
Aristotle menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yakni:
a.
ethos (kredibilitas sumber)
b.
pathos (hal yang menyangkut
emosi/perasaan) dan
c.
logos (hal yang menyangkut fakta)
Dengan demikian upaya persuasi, menurut Aristotle
menuntut tiga (3) faktor yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang
melakukan kegiatan persuasi, kemampuan untuk merangsang emosi/perasaan dari
pihak yang menjadi sasaran, serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta
yang mendukung (logika)
Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian
dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika
yang meliputi lima (5) unsur:
a.
Invention (urutan argumentasi)
b.
dispesitio (pengaturan ide)
c.
eloquito (gaya bahasa)
d.
memoria (ingatan), serta
e.
pronunciation (cara penyampaian
pesan)
Kelima unsur ini, menurut Quintilian dan Cicero
merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan
seseorang. Tokoh-tokoh retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu adalah
Corax, Socrates dan Plato.
Dalam abad pertengahan studi
retorika ini secara institusional semakin mapan, khususnya di negara-negara
Inggris, Perancis dan Jerman. Tokoh-tokohnya yang terkemuka pada masa ini
antara lain Thomas Wilkson, Francis Bacon, Rene Descartes, John Locke,
Giambatista, dan David Hume.
Dalam akhir abad ke 18
prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristotle, Cicero dan
Quintilian, kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian "speech
communication" (komunikasi ujaran) dan "rhetoric".
Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian
retorika menunjuk pada "kemampuan manusia mengunakan lambang-lambang
untuk berkomunikasi satu sama lainnya" (Foss et al, 1985:15)
Tokoh-tokoh retorika yang terkenal pada saat ini antara lain: I.A Richard,
Richard M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke, Marshall Mcluhan, Michel
Foucalt, Jurgen Habermas, Ernesto Grassi dan Chaim Perelman.
2. Periode Pertumbuhan : tahun 1900 – Perang
Dunia II
Pertumbuhan
komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat
dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya ada tiga pertimbangan
penting pada masa ini. Pertama, adalah penemuan-penemuan
teknologi komunikasi seperti telephone, radio, televisi, dll. Kedua,
proses industrialisasi dan modernisasi yang telah terjadi di negara-negara
Eropa Barat dan Amerika. Ketiga, pecahnya Perang Dunia I
dan II.
Semua perubahan ini memberi bentuk dan arah kepada
bidang kajian ilmu komunikasi yang terjadi pada masa ini. Secara umum
bidang-bidang studi komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi
hubungan komunikasi dengan institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan,
peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial
komunikasi, komunikasi dan pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi
komersial.
Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan
kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang
terjadi. Diasumsikan bahwa komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata
terhadap perubahan sosial. Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai
banyak dilakukan dalam mengamati proses dan pengaruh komunikasi. Di
bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti
mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal, keterampilan
komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and
listening". Sementara dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak
iklan terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri
media mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan
penyiaran (broadcasting)
Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi
pada masa ini, langsung atau tidak
langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial Eropa.
Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-universitas di Eropa,
terutama Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia.
Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, August comte, Emille
Durkheim dan Sir Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap
pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh
ilmu lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George
Simmel.
3.
Periode Konsolidasi : Perang Dunia II –
tahun 1960an
Periode setelah perang Dunia II sampai tahun 1960-an
disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner
(mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai
oleh 3 (tiga) hal.
Pertama, adanya adopsi
perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua,
munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses
komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang
dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu
pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu
lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks.
Sedikitnya ada tujuh tokoh yang punya andil besar
dalam periode ini. Mereka adalah Claude E. Shannon, Norbet Wiener, Harold
Lasswell, Kurt Lewin, Carl I. Hovland, Paul F. Lazarsfield (ahli sosiologi),
Kurt Lewin dan Carl I. Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh
Wilbur Schramm sebagai "the founding fathers" (para pendiri
atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran
mereka dipandang sebagai landasan bagi pengembangan-pengembangan teori
komunikasi. Wilbur Schramm sendiri dinilai sebagai "institutionalizer"
– yakni yang merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang
kajian akademis. Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi
menjadi suatu disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi
terealisasi. "Institute of Communication Research" yang
didirikan Schramm di Illonis pada tahun 1947 merupakan lembaga pendidikan
tinggi ilmu komunikasi yang pertama di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh
lainnya yakni Claude E. Shannon dan Nobert Wiener disebut sebagai "insinyur-insinyur komunikasi".
Istilah "Mass Communication"
(Komunikasi Massa) dan "Communication Research" (Penelitian
Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang ilmu komunikasi mulai
diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran : komunikasi intra pribadi,
komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, dan komunikasi
macro sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut, sejalan dengan kegiatan
pembangunan yang terjadi di seluruh negara termasuk negara-negara berkembang,
studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi komunikasi dalam proses
perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai banyak dilakukan.
4.
Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an -
sekarang
Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin
kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan
studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode
"take off" (tinggal landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional
kepesatan perkembangan ilmu komunikasi pada masa sekarang ini antara lain
tercermin dalam beberapa indikator sebagai berikut:
a.
Jumlah universitas yang
menyelenggarakan program pendidikan komunikasi semakin banyak dan tidak hanya
terbatas di negara-negara maju seperti AS, tetapi juga negara-negara berkembang
di Asia, Amerika Latin dan Afrika,
b.
Asosiasi-asosiasi profesional di
bidang ilmu komunikasi juga semakin banyak, tidak saja dalam jumlahnya tetapi
juga cakupan keanggotaannya yang regional dan internasional. Dan
c.
Semakin banyaknya pusat-pusat
penelitian dan pengembangan komunikasi.
Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin komunikasi
ini juga tercermin dengan:
a.
Semakin banyaknya literatur komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal,
hasil-hasil penelitian ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk
penerbitan lainnya
b.
Semakin beragamnya bidang-bidang
studi spesialisasi komunikasi
c.
Serta semakin banyaknya
teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang dihasilkan para ahli.
Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi, sekitar 50 teori dan
28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989; McQuail &
Windahi, 1981; Forsdale, 1981)
Periode masa sekarang juga
disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai
oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan
informasi seperti komputer, VCR, TV kabel, parabola video home computer,
satelit komunikasi, teleprinter, videotext, laser vision dan alat-alat
komunikasi jarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya industri media yang cakupannya
tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan global, (3)
ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global/internasional, (4)
semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara, serta (5)
semakin meluasnya proses demokratisasi ekonomi dan politik. Sebagai akibatnya,
studi-studi komunikasi yang banyak dilakukan (khususnya di negara maju seperti
AS) cenderung difokuskan pada proses dan dampak sosial penggunaan teknologi
media komunikasi; arus penyebaran dan pemusatan informasi regional dan global
(misalnya "transborder data flow"), aspek-aspek politik,
ekonomi dan informasi, komunikasi antar industri media, dampak sosial dari
teknologi interaktif seperti komputer, komunikasi manusia-mesin, dampak
telekomunikasi terhadap hubungan antar-budaya, serta aspek-aspek yang menyangkut
manajemen informasi. Pendekatan disiplin ekonomi mulai diterapkan, karena
disadari bahwa informasi di masa sekarang ini merupakan komoditi yang
mempunyai nilai tambah.
D. Sekilas Perkembangan Pendidikan Tinggi Ilmu
Komunikasi di Indonesia
Dibandingkan dengan jurusan-jurusan lainnya di
lingkungan fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, jurusan komunikasi sebenarnya
merupakan jurusan yang tergolong “tertua”. Sebutan jurusan ilmu komunikasi baru
dikenal sekitar tahun 1970-an. Sementara sebelumnya popular dengan sebutan
Jurusan Publisistik atau Jurnalistik.
Menurut laporan “Perkembangan Ilmu Komunikasi di
Indonesia” yang dibuat oleh Tim ISKI Semarang, ilmu komunikasi telah diajarkan
pada Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta pada tahun 1949. Tahun 1950, akademi
tersebut kemudian menjadi bagian sosial politik dari Fakultas Hukum Universitas
Gajah Mada, di mana penerangan menjadi salah satu jurusan yang ada di
dalamnya. Perguruan tinggi berikutnya yang menyelenggarakan pendidikan
komunikasi adalah Perguruan Tinggi Djurnalistik di Jakarta yang didirikan
pada tanggal 5 September 1953. Kini perguruan tinggi ini namanya telah
berubah menjadi Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang memiliki Fakultas
Ilmu Komunikasi.
Di Universitas Indonesia, pendidikan komunikasi
telah dimulai sejak tahun 1959 dengan dibukanya jurusan Publisistik pada
Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan. Dibukanya jurusan
Publisistik ini sekaligus merupakan awal dari munculnya fakultas baru di
lingkungan Universitas Indonesia, yakni Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan (IPK). Empat tahun kemudian sebutan Fakultas IPK diganti menjadi
Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial (FIS-UI), dan sejak tahun 1983 nama FIS-UI ini diubah
lagi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Sejalan dengan
perubahan nama Fakultas, sebutan jurusan Publisistik pun ikut berganti menjadi
Departemen Komuniaksi Massa (1972), dan kemudian menjadi Jurusan Ilmu
Komuniaksi FISIP-UI pada tahun 1983.
Di Bandung, Jawa Barat, pendidikan komunikasi
dimulai tahun 1960 dengan didirikannya Fakultas Djurnalistik dan Publisistik
yang berada di bawah naungan Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran. Fakultas
ini kemudian menjadi Institut Publisistik, dan pada tanggal 3 November 1965
diubah statusnya menjadi Fakultas Publisitik Universitas Padjadjaran. Kini
namanya telah berubah menjadi Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM-UNPAD).
Pada tahun-tahun berikutnya perguruan-perguruan tinggi baik negeri maupun
swasta yang menyelenggarakan pendidikan komunikasi semakin banyak jumlahnya.
Pada awalnya kurikulum program pendidikan tinggi
komunikasi di Indonesia banyak dititikberatkan pada bidang studi jurnalistik
dan penerangan. Tujuan kurikulum umumnya diarahkan pada upaya pemberian
pengetahuan dan keahlian bagi kalangan yang berkecimpung atau berminat untuk
bekerja dalam bidang pers khususnya surat kabar, majalah dan radio, serta
bidang penerangan.
[1] Prof. Drs. Onong Uchajana
Effendy, MA., Dinamika Komunikasi (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Ke-5. h.1
[2] Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D., dkk, Pengantar Komunikasi,
Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001. Cet. Ke-6. H.7
[3] Prof. Drs. Onong Uchajana Effendy, MA., Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Ke-7 . h.9
[4] Deddy Mulyana, M. A., Ph.D., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
(Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2000) cet. Ke-1. h. 62
[5] Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D., dkk, Pengantar…, h. 9. Lihat
juga di Brent D. Ruben, Communication and Human Behavior, New Jersey,
1992. H. 12-14
[6] Prof. Drs. H. A. Wijaya., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000. Cet. Ke-2. H. 15
[7] Lihat Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph. D., dkk, Pengantar…, h.
21-24
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pengertian dan Sejarah Komunikasi
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://sitizainab493.blogspot.com/2013/04/pengertian-dan-sejarah-komunikasi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar